SAMPAH MENGHIASI ALIRAN AIR SUNGAI TONSEA LAMA

Sampah Menghiasi
Aliran Air Sungai To
nsea Lama
Oleh: Budi Susilo

RIAK air yang mengalir, terdengar telinga, membunyikan dentingan gemercik bagai musikalisasi harmoni alam. Air kehijauan, tampak diamatan mata, pertanda damai menentramkan. Semerbak aroma tanah dan rindangan pohon yang bertebaran memberi rasa keakraban terhadap alam raya yang ramah. Inilah atmosfir ketika menginjakkan kaki di kawasan pintu air Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, Tonsea Lama, Sulawesi Utara.

Perjalanan melalui jalur darat dari Manado ke lokasi DAS Tondano Tonsea Lama hanya butuh sekitar satu jam perjalanan, dengan prasyarat situasi dan kondisi arus lalu lintas lancar serta aman. Kawasan DAS Tondano, Tonsea Lama adalah satu di antara desa yang berada di Kecamatan Tondano Utara Kabupaten Minahasa dan merupakan satu di antara tahapan pintu air yang paling pertama dari beberapa pintu air yang ada. menuju Kota Manado Namun yang mengkuatirkan, DAS Tondano Tonsea Lama belakangan rusak suasananya, sebab bila mendekati bibir sungai, persis di akhir pintu air, terlihat beberapa sampah terpajang akibat kurang sadarnya masyarakat akan arti pentingnya kelestarian aliran air sungai.

Hendra Massie, Penjaga Pintu Air DAS Tondano Tonsea Lama, menjelaskan, saat musim curah hujan tinggi, penyakit yang timbul di kawasan Pintu Air DAS Tondano Tonsea Lama adalah menumpuknya sampah warga masyarakat di saringan pintu air. "Berbagai sampah hasil buangan warga mengganggu pintu air. Sampah plastik paling banyak. Juga gangguan tanaman eceng gondok yang mengalir ke pintu air turut mengganggu," katanya ketika ditemui di lokasi pintu air DAS Tondano Tonsea Lama, Sabtu (19/3/2011).
Sampah plastik yang menggenang mengalir ke pintu air akan memberikan dampak negatif, merugikan banyak makhluk. Banjir datang, sampah menggunung, keindahan alam rusak, tak lagi berkesan asri, mirip di medan penampungan akhir sampah. Sampah menumpuk, alam tak sedap di mata, habitat kehidupan di alam tersebut pun terganggu keseimbangannya.

Menurut Hendra, limbah sampah tidak pernah absen mendatangi pintu air. Ketika musim kemarau, jarang hujan, sampah selama sebulannya menumpuk sekitaran ukuran muatan satu truk besar, namun ketika musim penghujan, seharinya sampah terkumpul sekitaran dua sampai tiga truk besar. "Banyak orang belum tersadar membuang sampah ditempatnya," tuturnya.

Ia menjelaskan, keberadaan sampah di pintu air sangatlah mengganggu. Rawan merusak mesin pemutar turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sulawesi Utara. Bila mesin turbin terserang gundukan sampah, pergerakan turbin rusak, mengganggu pasokan kesetabilan listrik. "Mesin mati, rusak tak berfungsi, butuh waktu lama dan biaya yang tak terbilang murah," ungkap Hendra.

Sumber aliran pintu air DAS Tondano Tonsea Lama berasal dari Danau Tondano sebagai hulu yang memiliki luas kurang lebih 4.278 hektar dan berbadan sungai kurang lebih 217 hektar. Namun logikanya, situasi hilir tercemar, tidak baik situasinya, maka turut pula akan berpengaruh dengan yang ada di hulu. Diperlukan sebuah keseimbangan agar sirkulasi alam berjalan sebagaimana alurnya.
Reymond Rex Mudami, Direktur Manager Media, Lembaga Sosial Masyarakat Lestari, mengungkapkan, kualitas air di Danau Tondano 2011 menurun, ini akibat pengaruh langsung aktivitas ekonomi warga yang bertempat tinggal disekitarnya. Berdasarkan catatannya, pengusaha jaring apung yang ada di Danau Tondano bertotal 287 pengusaha. Perkiraannya, kegiatan jaring apung sejumlah 2.273 ton pakan ikan mengendap di dasar danau serta 1.147,5 ton urea dan 956,25 ton fosfat sebanyak 22,95 ton pestisida. "Jadi sumber kesuburan eceng gondok di pesisir danau," ungkapnya.

Padahal tambah Rex, sektor kelistrikan PLTA Tonsea Lama, Tanggiri I dan II menggantungkan pasokan air dari danau Tondano. Ibaratnya, Perusahaan Listrik Negara wilayah Sulawesi Utara, Maluku dan Gorontalo sumber energinya ada di danau Tondano. "Total yang disuplai sebanyak 49,94 megawatt," tutur pria bertubuh tinggi besar ini.

Mengutip data Statistik Sulut dalam Angka (2010), DAS Tondano secara fisiografis lapangan dibatasi beberapa kawasan hutan antara lain Gunung Soputan, Kawatak, Kaweng, Lengkoan, Tampusu, Masarang, Mahawu, Lembean dan Klabat. Sementara secara administrasi pemerintahan, DAS Tondano berada dalam pangkuan Kabupaten Minahasa, Kota Tomohon dan Kota Manado dengan memiliki luas kurang lebih 50.268 hektar.

Keberadaan air dimuka bumi begitu berperan, teramat penting bagi hajat hidup makhluk. Sebab air itu adalah zat atau materi unsur penting bagi semua bentuk kehidupan. Menjaga kelestarian lokasi sumber air, berarti menjaga kehidupan. Sebagaimana ada pengalaman di tahun 1989, ada beberapa orang tersesat di hutan Gunung Lawu Jawa Tengah, mampu melewati liarnya alam hutan tanpa perbekalan makanan sebab bermodalkan minum air dari hujan turun yang menggenang di tanah, orang yang tersesat tersebut dapat bertahan hidup selama 65 hari. Keajaiban air pun telah disinggung di Al Quran surat Al Anbiya ayat 30 yang berbunyi, "Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup, apakah mereka beriman ?."

Karena itu, jadikanlah air sebagai sahabat seumur hidup, maka air pun akan menganggapnya sebagai sahabat sejati. Jadilah sahabat alam, dengan menyapa keramahan air Tondano. Pasti air pun menyambutnya dengan menghidangkan kelembutan. Air akan membuat rasa tentram rasa menggoda tuk jatuh cinta padanya, sampai selamanya, akhir penghujung hayat. Air Tondano, idaman insan semesta alam. (Refleksi Hari Air Sedunia 22 Maret 2011)
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN