WALANDA MARAMIS PAHLAWAN NASIONAL ASAL SULUT

photo by istimewa
Walanda Maramis
Si Pemberdaya Perempuan Minahasa
Oleh: Budi Susilo

JASAD pahlawan nasional asal Sulawesi Utara (Sulut), Walanda Maramis telah pergi, terpendam di perut bumi. Namun, semangat perjuangannya tetap membekas di para kalangan perempuan abad ini. 

Perjuangan tersebut bisa direkam dari jejak bentukan organisasi Walanda Maramis yang sampai sekarang ini masih mengurat nadi, tak lekang dimakan oleh jaman modernisasi dan gelombang globalisasi.

Biodata Singkat

Nama lengkap:
Maria Yosephine Catherina Walanda Maramis
Tempat Lahir : Kema 1 Desember 1872
Pendidikan : Sekolah Dasar
Wafat: 22 April 1924


Organisasi yang dimaksud adalah Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT). Paula Lengkong, wanita asal Sulut yang masih ikut sumbangsih meneruskan perjuangan Walanda Maramis menuturkan, PIKAT berdiri Juli 1917 oleh putri asal Kawanua bernama lengkap Maria Yosephine Catherina Walanda Maramis di Minahasa.

"PIKAT membangun dan bergerak dalam pemberdayaan perempuan, kegiatan sosial, pendidikan dan budaya berwawasan kebangsaan," tuturnya, seusai acara tabur bunga HUT Walanda Maramis ke-138, di komplek pemakaman Walanda Maramis Jalan Bitung Manado, Rabu (1/12/2010).

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat PIKAT tersebut menjelaskan, atas landasan semangat luhur perjuangan Walanda Maramis, PIKAT menjadi warisan perjuangan di sepanjang jaman, berperan membangun keluarga berkualitas, mandiri dan berbudi pekerti yang tulus. "Kami akan terus tularkan ke wanita generasi muda, pewaris bangsa masa depan," ujarnya.

Baru-baru ini, ungkapnya, PIKAT melakukan gerakan sosial berupa pemberian bantuan sembako bagi 37 kepala keluarga mantan pengidap penyakit Kusta dan 80 orang untuk para janda lansia. 

Bahkan, wujud pengembangan sumber daya manusia perempuan Indonesia, para aktivis PIKAT tergerak menyelenggarakan pelatihan kreativitas membuat rangkaian seni bunga, busana dan memasak. "Khusus di Sulut ada 23 cabang. Jadi jika di total keseluruhan secara nasional ada 56 cabang," tuturnya.

Menelisik ke belakang, tutur Jelly Pontoh Adam Ketua Bidang I PIKAT Sulut, terbentuknya PIKAT dimuali pada masa penjajahan Belanda. Garis perjuangannya di bidang pendidikan, keterampilan dan sosial. 

"Dahulu belum ada kesempatan belajar yang lebih tinggi dari tingkat sekolah dasar bagi anak- anak wanita pribumi yang diciptakan oleh pemerintah Belanda di Minahasa waktu itu," katanya.

Bidang pendidikan, hal utama yang dipikirkan Walanda Maramis ketika itu. Sebab, bisa berguna memperbaiki nasib anak-anak wanita yang tidak dapat melanjutkan sekolah, jadi setiap wanita harus menyadari untuk memiliki pendidikan keterampilan sebelum berumah tangga untuk mampu mendidik anak-anaknya. 

"Mendirikan taman pendidikan bukanlah ia seorang diri. Ia dibantu oleh banyak orang dengan mengikutsertakan ibu-ibu berpengaruh, terpelajar dan di hormati," ujar Jelly.

Ketika 2 Juli 1918, sejarah berbicara adanya pendirian sekolah bernama Huis Houd School PIKAT di Manado. Bermodalkan semangat dan tekad bulat, sekolahnya menampung gadis yang telah tamat di SR tanpa memandang golongan atas, menengah dan rendah. "Memberi pelajaran dan bimbingan mengenai tata cara mengatur rumah tangga dan keterampilan wanita, tuturnya.

Sekolah tersebut jelasnya, menjadi sekolah wanita pertama yang mempergunakan rumah dipinjamkan tanpa sewa, dalam batas waktu yang tidak ditentukan seorang pedagang Belanda yang tertarik akan cita-cita Maria Walanda Maramis. "Memudahkan pengajarannya, siswa akan lebih terkonsentrasi belajar," ujarnya.

Memasuki 10 Mei 1919 dengan uang pinjaman, PIKAT membeli tanah dan rumah di daerah Titiwungen Manado, dipergunakan sebagai asrama PIKAT benama Huizw Maria. Dan singkat kata, Tahun 1926 PIKAT membeli tanah di Sario, dibangun gedung PIKAT. 

Memasuki tahun 1932 dibuka sekolah PIKAT di Sario bernama Meisyes Vakschool. Ketika itu murid berjumlah 20 orang dari tamatan HIS dengan guru-guru pertamanya tamatan dari Opleiding School Voor Onderwijzeres di Jakarta.

Kini cabang-cabang PIKAT telah tersebar di Minahasa, Sangihe Talaud, Gorontalo, Poso, Donggala, Makassar, Jakarta, Bogor, Malang, Bandung, Cimahi, Magelang, Balikpapan, Sanga-sanga Dalam dan Kota Raja. 

"Tujuan penyebaran PIKAT agar cita-citanya untuk kemajuan wanita tersebar dibeberapa tempat dan memperoleh dukungan dan bantuan dari kaum wanita lainnya," katanya.

Jelly, aktivis PIKAT yang sudah puluhan tahun ini menuturkan, ketika tahun 1935 PIKAT membuka sekolah di Gorontalo, Kotamobagu, Sangihe Talaud dan Jakarta. Namun akibat pemboman sekutu pada perang dunia II, gedung-gedung PIKAT mengalami kehancuran. "Masa perang kolonial gedung sekolah PIKAT jadi incaran tembakan penjajah," ungkapnya.

Sejak peristiwa itulah, di tahun 1950 pengurus PIKAT bekerja sama dengan kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, gedung PIKAT di Sario Manado digunakan selama 10 tahun oleh Sekolah Kepandaian Putri. "Untungnya pemerintah Indonesia ketika itu mau memperbaiki gedung sekolah tersebut," ujarnya.

Kepergian Walanda Maramis dari tanah air Republik Indonesia adalah duka anak bangsa, namun hasil perjuangannya telah membekas, sebagai inspirasi generasi muda untuk membangun bangsa. 

Tidak heran, sebagai apresiasinya, dalam Surat keputusan Presiden RI No 012/K/1969 tertanggal 20 Mei 1969, Maria Walanda Maramis ditetapkan sebagai pahlawan Nasional.

"Oleh Gubernur Sulut di jaman Mayjen H V Worang, dibangun patung Maria Walanda Maramis di Manado. Dan di era Ketua PIKAT Hilda Rantung Karepouwan bersama organisasi wanita dan pemerintah daerah Sulut membangun makam serta monumen Maria Walanda Maramis di desa Maumbi kecamatan Airmadidi kabupaten Minahasa," katanya. (Refeleksi hari ulang tahunnya yang ke-138)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN