RUMINI YANG MALANG

Rumini Yang Malang

JARANG datang. Tak pernah terlihat batang hidungnya. Suaranya yang menggelegar pun kini senyap. Ungkapan batin inilah yang menggerayangi pada diri Rumini[1], gadis kota Malang yang baru saja di Juli lalu, umurnya telah beranjak dewasa, masuk ke umur 25 tahun.

Rasa kangen pada seseorang yang dialami Rumini ini sudah lama terjadi, sekitar enam bulan yang lalu, sebelum ada fenomena gerakan organisasi radikal ISIS[2] mengglobal, muncul ke permukaan.

Satu keinginannya, orang yang dikangeni itu hadir di hadapannya secara langsung. Dapat bertatap wajah, saling melempar senyum, dapat tertawa bersama, saling meluapkan rasa gembira, dan bersua tanpa henti di bangku taman kota bagian timur.

Gundah gulana. Inilah gejolak hati yang terus dirasakan Rumini, karena menanti seseorang yang sampai sejauh ini belum diketahui dimana rimbanya, tak terdeteksi dimana jiwa dan raganya.

Setiap harinya, Rumini hanya bisa pasrah. Solusinya, Rumini kini lebih pilih rajin menghadap pada Tuhan, berharap banyak agar Rumini dapat ditemui dengan orang yang dikangeninya itu.

Sebuah masjid besar, yang lokasinya di pinggir jalan raya dengan model gaya bangunan khas timur tengah, disinilah setiap pagi hingga siang, Rumini berada di dalam, khusuk untuk berdoa pada Tuhan. 

(sketsa by budi susilo)

Duduk di lantai, beralasakan sajadah kain beludru warna coklat, Rumini menghadap kiblat. Telapak kedua tangan Rumini terus mengadah ke atas. Terlihat dia merasa enjoy saja, tak mengeluh pegal tangan, padahal sudah berjam-jam lamanya. 

Pipi Rumini yang putih halus terus saja dibasuh air mata doanya. Tangisannya ini membawa pesan, bahwa Rumini ingin benar-benar berjumpa dengan orang yang dirindukannya.

Tangisan harapan adalah gambaran kepasrahan seorang Rumini pada Tuhan. “Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berikan hamba mu ini petunjuk, berikan kemudahan,” inilah satu di antara kalimat doanya.

Angin sepoi-sepoi masuk ke jendela masjid. Di luar masjid, awan pun masih putih cerah, pertanda cuaca saat itu sedang bersahabat. Tetapi tetap saja, hal ini tak membuat Rumini sumringah, dia masih galau karena kangen berat.

Dia pun menghabiskan waktunya hanya untuk berdoa, agar rasa rindunya itu tak membuat dirinya jatuh pada kubangan hitam rasa keputusasaan yang hebat. 

Berdoa pada Tuhan merupakan satu di antara kunci Rumini agar dia bisa tegar, bisa tetap bersemangat untuk dapat berjumpa dengan orang yang dirindukannya itu. 

Selamat berjuang Rumini, badai pasti berlalu. Suatu saat nanti, atas ridho Tuhan, pastinya pintu gerbang akan terbuka lebar, menghantarkan ke sebuah jembatan penyebarangan menuju ke sebuah tempat, dimana seseorang yang kau rindukan itu berada. (cerita fiksi)






         


[1]Nama orang dan daerahnya bukanlah nama yang sebenarnya. Hanya nama tokoh dan tempat di cerita fiksi.
[2] Islamic State Irak and Syiria, yang kini di negara Indonesia sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang karena bertentangan dengan ajaran agama Islam, yang notabane Islam sangat gandurng akan nilai-nilai kedamaian bagi seluruh alam semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN