DUNIA HANYA JEMBATAN

Dunia Hanya Jembatan


ADA yang tidak ingat akan akhirat. Manusia-manusia ini adalah mereka yang minim rasa iman dan takwanya. Mereka ini lebih terlena dengan kenikmatan dunia. Lupa akan kehidupan yang sesungguhnya, yakni alam akhirat, sebuah kehidupan yang abadi.

Inilah inti pesan moral yang disampaikan oleh Ahmad Muchlis, dalam kutbah jumat di Masjid Jami Al Inabah Jalan Pancoran Barat XI, Pancoran, Jakarta Selatan, pada Jumat 19 September 2014. 

Katanya, bagi mereka yang beriman secara mapan, kehidupan dunia itu hanyalah sarana. Diibaratkan, dunia bagai jembatan menuju kehidupan yang kekal, bernama akhirat, antara surga atau neraka. 

“Dunia hanya tempat persinggahan, kemudian dilanjutkan lagi ke perjalanan menuju kampung halaman akhirat yang abadi,” ujar Muchlis.

Menurutnya, manusia tinggal di muka bumi hanya sementara, paling lama hidup di bumi jika diberi umur panjang oleh Allah SWT, hanya mencapai umur 100 tahun. Rata-ratanya, untuk manusia jaman sekarang sekitar 60 hingga 80 tahun.

“Hidup di dunia tidak banyak enaknya, ketimbang rasa enaknya. Karena di dunia itu kita hanya berjuang. Berjuang supaya nantinya kalau sudah mati kita bisa tinggal di surga,” tutur Muchlis.

Aktivitas manusia bertebaran di muka bumi mencari nafkah (photo by budi susilo)

Namun sekali lagi, ada garis merahnya, bahwa, bukan berarti hidup di dunia hanya sementara, lalu tidak menerapkan pola hidup seimbang. Perlu diperhatikan lagi, bahwa hidup itu mesti seimbang, urusan dunia dan akhirat harus berjalan beriringan agar selamat. 

“Tetap cari nafkah untuk menghidupi anak. Kebutuhan anak juga banyak. Ada yang untuk makan, ada untuk keperluan sekolah, yang kesemuanya ini butuh biaya tinggi,” katanya.

Sangat dikuatirkan, manusia lemah terpenjara oleh dunia fana. Seperti mengejar kebahagiaan yang bersumber dari kegemerlapan dunia. Serta menggapai kepuasan hidup sebatas pada tolak ukur materialistik, dan keberhasilan melampiaskan nafsu jasmani.

Ada hadis yang berisi: “Akan datang suatu masa pada umatku, dimana mereka mencintai lima perkara dan lupa terhadap lima perkara. Pertama, mereka cinta dunia dan melupakan akhirat. Kedua, mereka cinta hidup dan melupakan kematian. Ketiga, mereka cinta bangunan-bangunan mewah dan melupakan kubur. Keempat, mereka cinta kepada harta dan melupakan hisab. Kelima, mereka cinta kepada makhluk dan melupakan pencipta (Allah SWT).”[1]

Berdasarkan pengalaman, ungkapnya, manusia bila sudah punya harta benda, rawan menjadi pelupa pada Allah SWT. Menjadi takabur, sombong, dan kadang bisa berujung pada kemurtadan diri. 

“Cari harta boleh saja, asal yang halal. Jangan sampai lupa ibadah. Waktunya cari uang, maka carilah uang. Tapi kalau sudah masuk ibadah, maka segera beribadah,” katanya.

Yang terpenting, tambahnya, semua aktivitas di dunia janganlah menuruti kata hawa nafsu. Hindari diri dari dominasi hawa nafsu. Sebab biasanya, orang yang mengikuti hawa nafsu akan lupa beribadah. ( ) 
 


[1] Hadis Rasulullah SAW, yang termuat dalam kitab Naso’ihul Ibad.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN