TANJUNG SELOR BANJIR 2 | KABUPATEN BULUNGAN | KALIMANTAN UTARA

Air Sungai Kayan Meluap

Pagi hari, sekitar pukul 07.00 Wita, air luapan dari Sungai Kayan telah menggerayangi sampai di gedung Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tanjung Selor. Banjirnya melebihi setinggi mata kaki orang dewasa, Senin 9 Februari 2015.

Kontan akibat banjir ini, para bocah yang masih duduk di bangku kelas satu sampai kelas tiga terpaksa diliburkan. Kegiatan belajar mengajar ditiadakan untuk sementara sampai banjir tak lagi melanda.

Saat itu saya temui Kepala Sekolah MI Tanjung Selor, Muhammad Ali Akbar yang sedang pijit kaki di ruang kerjanya menjelaskan, alasan meliburkan anak kelas satu hingga kelas tiga karena murid-muridnya masih berumur di bawah sepuluh tahun.

“Mereka masih kecil-kecil, makanya kebijakan sekolah meliburkan. Kasihan mereka kalau dipaksakan masuk, takutnya tidak tahan air banjir malah nanti mereka sakit,” ujarnya yang kala itu mengenakan kemeja panjang kuning.

Apalagi, bila dihitung jumlah gurunya sangat terbatas, hanya berjumlah 22 orang guru. Sedangkan murid mencapai 500 orang. “Anak-anak yang umurnya masih kecil disuruh masuk di saat banjir pasti butuh pengawasan khusus. Sekarang guru-guru kami jumlahnya terbatas,” ungkapnya.

Menurut Ali, banjir sudah sering melanda. Tidak terjadi hujan saja, kadang sekolah yang beralamat di Jalan Kolonel Soetadji ini juga kena getah pahit banjir kiriman dari daerah hulu. 

Banjir kiriman melanda Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara pada 9 Februari 2015. Genangan air banjir ini keberlangsungan kegiatan belajar-mengajar tetap dilanjutkan. (photo by budi susilo)

“Buat kami jelas banjir sangat mengganggu. Untung saja ruang-ruang kelas dibuat lebih tinggi agar air banjir tidak masuk sampai ke kelas,” ujar pria lulusan sarjana pendidikan di Kota Surabaya ini.

Terpisah, siswa MI kelas 5 bernama Ahya Udin (10) mengungkapkan, genangan banjir yang melanda sekolahnya sesuatu hal yang sangat menyenangkan, sebab dengan adanya banjir, Udin bisa puas bermain air. 

“Basah-basahan. Bermain sama teman-teman yang lain,” katanya, di luar ruang kelas, sambil mencelupkan kakinya di genangan banjir di saat jam istirahat sekolah. 

Banjir tidak hanya dirasakan sekolah dasar, ternyata Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pun mengalami hal sama. Ini terjadi di SMK Negeri 1 Tanjung Selor. Gara-gara ini upacara bendera dibatalkan tetapi kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan seperti biasanya. 

“Banjir begini sangat mengganggu. Pakaian sekolah saya jadi basah, kotor. Padahal habis disetrika,” ungkap Tiara Anggraini (15), siswi kelahiran Tanjung Selor tahun 1999.

Melihat fenomana yang ada, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bulungan, Najamuddin menjelaskan, sebaiknya pemerintah provinsi harus turun tangan sebab pembangunan drainase yang hanya dilakukan oleh pemerintah kabupaten masih dirasa belum cukup. 

“Coba mari kita lihat, drainase masih kurang, kondisnya masih buruk. Masih banyak tersumbat semak-belukar. Harusnya provinsi ikut turun tangan, mengingat daerah Tanjung Selor sebagai pusat kotanya dari provinsi Kaltara,” tegas politisi Demokrat ini.

Karena itu ia menuturkan, sebaiknya pemerintah provinsi mesti mengambil langkah pembangunan tambahan drainase lebih banyak agar saluran air bisa lancar, dan dijamin tidak akan ada lagi genangan air di jalan-jalan besar. 

Menambah Drainase Bukan Solusi
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Utara, Suheriyatna mengatakan, upaya penambahan pembangunan drainase belum menjadi solusi tepat, sebab daratan Tanjung Selor sifatnya sebagai daerah yang hampir setara dengan Sungai Kayan. 

“Kalau mau bangunan-bangunan gedung dan rumah kita dan jalan-jalan kita, ya harus lebih ditinggikan dari genangan banjir. Ya kira-kira, tingginya satu setengah meter. Cara-cara ini nanti yang akan kami sosialisasikan ke masyarakat luas,” ungkapnya. 

Jangka panjangnya, tambah dia, akan dilakukan sistem apa yang dilakukan oleh negara Belanda melalui teknologi metode klap di pinggiran sungai. Metode ini mampu mengendalikan meluapnya volume aliran air sungai. 

“Kalau sekarang, kita belum ada dananya. Membangunnya butuh dana besar juga butuh sumber daya manusia yang profesional dalam menjalankan sistemnya,” kata Suheriyatna yang kala itu mengenakan baju dinasnya yang berwarna hijau. ( ) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN