KEPITING BERTELUR | KALIMANTAN UTARA

Kaltara Belajar Penetasan Telur Kepiting 

Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) bercita-cita menjadi daerah yang mampu melaksanakan kegiatan budidaya penetasan telur kepiting. Mengingat daerah Kaltara memiliki lahan potensial yang luas, yang masih belum tergarap secara baik. 

Okelah, boleh juga cita-citanya. Masuk di akal, mengingat letak geografis Kaltara memiliki banyak lahan perairan bakau dan sungai-sungai. Selama ini kepiting yang diperdagangkan berasal dari tambak tradisional udang windu yang berada di areal hutan-hutan mangrove Kaltara.

Kepiting-kepiting itu banyak hidup dan berkembang di tempat tersebut. Bagi para petambak, kepiting dianggap sebagai hama sebab kepiting masuk dalam jenis predator udang. Andai saja, kepiting masuk ke tambak tentu saja udang-udang akan disantap habis.  

Karena itu, para petambak menangkapnya dan menjualnya. Daripada kepiting dibiarkan dan membawa bencana lebih baik diburu. Mengingat pasaran kepiting saat ini sedang bergairah. 

Banjir luapan Sungai Kayan melanda kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara di Jalan Raya Sengkawit Kecamatan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Rabu 11 Februari 2015. Seorang warga menerobos banjir setinggi dengkul orang dewasa. (photo by budi susilo)

Nah, di tahun 2013, pernah ada hasil penelitian dari Universitas Borneo Kota Tarakan provinsi Kalimantan Utara, bahwa hasil tangkapannya itu dapat digolongkan menjadi 31 kelompok berat dan kepiting bertelur. Potensi ini sangat berprospek, mampu menambah pendapatan bagi 2000 petani tambak. 

Saat saya berjumpa dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kaltara, Amir Bakry, menuturkan, lahan untuk penggarapan budidaya kepiting di Kaltara yang berpotensi masih sebanyak 200 ribu hektar. 

“Kita punya lahan luas, yang bisa jadi lahan budiaya kepiting. Tapi sayang, sampai sekarang kita berproduksi secara maksimal,” ujarnya di ruang kerjanya, yang beralamat di Jalan Raya Sengkawit, Rabu 25 Maret 2015 pagi lalu.

Pria kelahiran Sebatik ini mengungkapkan, selama ini, berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kaltara, penggarap kepiting dilakukan secara alami, tidak dengan budidaya. Hasil yang digarap hanya mencapai 50 kilogram per hektar, dan per musim. 

“Mereka nelayan-nelayan hanya mengandalkan kepiting yang menetas sendiri di alam bebas, tidak lewat budidaya penetasan kepiting,” ujar Amir, yang lahir pada 18 Februari 1964.

Karena itu, sebagai solusinya, pemerintah provinsi Kaltara akan mengubah strategi dari cara konvensional menjadi lebih profesional yang terorganisasi, yakni melakukan budidaya penetasan kepiting. 

Sebagai langkah awal, pihaknya akan melakukan pelatihan yang melibatkan instansi pemerintah provinsi Dinas Kelautan dan Perikanan bersama-sama dengan Asosiasi Petambak Kepiting dan Rumput Laut, dan Asosiasi Nelayan. 

“Kami akan ikut pelatihan budidaya penetasan telur kepiting di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, yang akan dibimbing oleh Dinas Perikanan setempat,” tutur Amir yang lulusan magister perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.

Harapannya, tambah dia, usai mengikuti pelatihan tersebut, dapat langsung mempraktekkan kegiatan budidaya penetasan telur kepiting di wilayah Kaltara. Cita-cita menjadi daerah penghasil kepiting terbanyak akan tercapai. 

Baiklah, semoga pelatihan tersebut memberi semangat baru dalam mengembangkan kemajuan budidaya kepiting bertelur, sehingga Kaltara bisa merajai produksi kepiting. 

Kita lihat saja, bagaimana gebrakan mereka usai mengikuti pelatihan, akankah mampu mengembangkannya, atau mengalami kendala ? Waktu yang akan menjawab. Salam Kaltra jaya. ( )


Komentar

  1. emmm... bingung dengan gambarnya... :)
    semoga budidaya kepitingnya berhasil mas.. enak banget tuh dagingnya..

    BalasHapus
  2. Hehehe nama ya juga variasi. Biar asik gituh loh.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN