RAMBAI PADI LAGI | KALIMANTAN UTARA

Catatan 16 september 

PINDAH kediaman. Nomanden, gonta-ganti tempat tinggal. Terhitung 16 September 2015, kembali lagi bermukim di daerah Rambai Padi, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, komplek kontrakan semak-belukar.

Sebelum itu, waktu pertama kalinya tiba di Tanjung Selor di awal Januari, berlabuh di bagian depan, persis depan Jalan Rambai Padi, yang kemudian empat bulan kemudian memilih tinggal di Jalan Gapensi, Tanjung Selor. 

Rumah kontrakan, jenis rumah yang ditumpangi. Rumahnya terbuat dari kayu beratapkan lapisan loteng seng, sekelilingnya pun ditumbuhi pohon-pohon dan rerumputan yang tumbuh liar. 

Setiap malam, ramai terdengar suara gesekan-gesekan ranting pohon yang menyentuh atap rumah kontrakan. Pertama kalinya sempat bingung suara apa itu. Bahkan saat akan hujan atau ada angin kencang sempat muncul kekhawatiran, apakah rumah akan tertimpa pohon rubuh.


 
Satu rumah kayu itu dihuni oleh dua orang. Saya dan satu teman bernama Muhammad Arfan, pria asal Bone Sulawesi Selatan. Harga sewa rumah kontrakkan per bulannya kena harga Rp 1,4 juta belum termasuk biaya energi listrik. 

Asyik juga menempati rumah kontrakkan ini. Berbahan kayu dengan konsep rumah panggung. Saat pagi hari, begitu mudahnya mendengar suara kicauan burung-burung liar. Hamparan hijau rumput ilalang pun memberi kesegaran mata.  

Persis di depan rumah, terdapat genangan air bening, mirip kolam ikan alami dan memang ada ikannya, tapi bisa dihitung dengan jari. Ikannya bukan peliharaan tetapi alami datang sendiri. Sayang, kubangan air ini sudah mulai dicemari bekas sampahan sampah konsumsi rumah tangga. 

Sumber air untuk mandi dan mencuci di rumah ini begitu bagus. Layak digunakan, warna airnya tidak keruh. Maklum saja, di daerah ini masih banyak resapan air dan lahan terbuka hijau alami. Entahlah, puluhan tahun kemudian, apakah kualitas air ini akan tetap enak. 


Sebenarnya, memilih tinggal di rumah kontrakan kayu ini direncanakan pada 20 September 2015. Berhubung saya terkena bencana kehilangan barang harta benda, pada 16 September maka saya mempercepat pindah rumah sewa. 

Saya mengalami kecurian sebuah tas gendong merek Duter yang berisi kamera Nikon, Netbook HP, gadget Samsung Grand, dan dompet berisi kartu Anjungan Tunai Mandiri, dan identitas diri. 

Kejadian hilangnya di Mushollah Asobirin, Jalan Semangka, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan. Pikiran positifnya, mungkin saja saya sedang diuji oleh Allah untuk belajar sabar dalam menjalani kehidupan ini, yang kadang mengalami pasang surut, turun dan naik.

Waktu kehilangan barang-barang itu muncul rasa tidak ikhlas. Soalnya, barang-barang yang diperoleh itu diraih dengan kerja yang penuh keluh keringat dan kamera digitalnya pun punya kantor, saya merasa malu dan berdosa tidak bisa menjaga barang milik orang. 

Banyak teman-teman dan keluarga memberi curahan hikmah. Seperti halnya pesan dari My Anggun, Aprilia Eka Putri, yang katanya, "Kemudahan selalu mengiringi kesulitan. Ketika kesulitan datang menyapa, yakinlah kemudahan juga akan segera menyusulnya “Peristiwa itu diambil pelajaran saja, agar ke depan untuk berhati-hati atau berwaspada pada sesuatu hal, dimana pun dan kapan pun.” Terima kasih kawan-kawan dan sanak saudara atas ilmu hikmatnya. ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN