GURU DAN MURID

Telat Sadar Pelajaran Sejarah


Masih ingat betul, waktu saya duduk di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri, atau yang sekarang disebut Sekolah Menengah Pertama Negeri 153 Jakarta Selatan, saya ketahuan mencontek ulangan pelajaran sejarah nusantara.

BUKU contekan saya ditaruh di dalam laci meja belajar sekolah. Sial, saya tak berbakat mencontek. Keasyikan mencontek, mata tak melirik ke arah guru. Akhirnya saya ketangkap basah deh, sama guru sejarah saya, Pak Jamal. Ini pengalaman ketika masih berada di kelas dua. Sungguh memalukan, nyesek. 

Alasan klasik, waktu itu pelajaran sejarah saya anggap ilmu yang tidak menarik. Guru lebih banyak menekankan kepada murid-muridnya untuk menghafal sebuah peristiwa. Padahal saya sendiri, waktu itu tidak terlalu peduli dengan peristiwa-peristiwa yang sudah terlewati.    

Jongfajar Kelana
Para guru Pendidikan Usia Dini di seluruh Kabupaten Bulungan sedang berkumpul di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara di Tanjung Selor, pada 24 November 2015. Mereka ini akan mengikuti kegiatan pekan olah-raga guru Paud seluruh Kabupaten Bulungan. (Photo by Budi Susilo)

Zaman bergulir. Beranjak dewasa, saat memasuki di bangku perkuliahan, saya bersikap berbeda. Yang waktu itu pelajaran sejarah dianggap ilmu yang tak berguna, nyatanya saya mulai tersadar, bahwa pelajaran sejarah itu begitu penting, layaknya batu permata yang jatuh di tumpukan sampah.

Saya jadi sering gandrung membaca buku-buku sejarah, apalagi tokoh-tokoh yang punya riwayat pergerakan perbubahan sosial. Tak lupa juga, saat saya masih mahasiswa sangat hobi sekali membaca media masa, yang notabene memberi sajian informasi yang sudah terlewati. 

Jongfajar kelana
Para pelajar sekolah di Tanjung Selor Provinsi Kalimantan Utara (Photo by Budi Susilo)

Melalui tulisan ini, saya kembali mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada guru sejarah saya. Ternyata peran guru saya yang mengajarkan pelajaran sejarah, merupakan tindakan yang penuh kaya manfaat, tetapi bodohnya, saya kurang menyadarinya. Guru kaulah sang pencerah aku. Terima kasih banyak, atas semua jasamu. Selamat hari jadi Guru.  ( )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN