JEMBATAN SALIMBATU KALIMANTAN UTARA

Rasakan Jalan Rusak Yusak Sakit-sakitan

Gara-gara selama lima tahun menempuh jalan rusak dari Pejalin Tanjung Palas menuju Salimbatu Tanjung Palas Tengah, Yusak Silvanus merasakan rasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang lumayan gemuk.

PERJALANAN darat yang dilakukan Yusak itu tidak sekali jalan saja, namun mesti bolak-balik, berangkat pulang, sebab pria berumur 29 tahun ini bekerja sebagai Kasubag Umum di kantor Camat Tanjung Palas Tengah.

Rumahnya di Pejalin, setiap jam kerja dirinya wajib berangkat ke Salimbatu. “Saya berangkat pakai sepeda motor. Melewati jalanan rusak, yang berbatu, berkerikil, kadang juga berdebu,” ujarnya kepada Tribun belum lama ini.

Bila hujan turun deras pada malam harinya, dia terpaksa akan berhadapan dengan medan jalan yang buruk. Jalanan becek, digenangi banyak air. Sepeda motor dilajukan perlahan dan tentu saja kondisi motor tidak pernah bersih dari tanah.

Kondisi jalan yang seperti itu, Yusak kemudian mengidap penyakit di bagian perutnya. Sakitnya akan kumat, sangat tidak tertahan jika perutnya mendapat getaran. 

Jongfajar Kelana

Areal tanah kosong yang akan dijadikan jalan menuju jembatan Salimbatu. Sejak tahun 2007 sampai kini, jembatan ini belum rampung, pada Rabu 4 November 2015. Padahal keberadaan jembatan ini sangat diperlukan bagi masyarakat yang ingin memperoleh lintasan yang aman dan tidak memakan waktu banyak dari Salimbatu menuju Tanjung Palas dan Tanjung Selor. (Photo by Budi Susilo)

Dokter yang dia sambangi menjelaskan, dirinya divonis oleh dokter mengidap kandung kemih akibat seringnya melintasi jalanan rusak berlubang. “Saya tidak tahu kalau akan mengakibatkan dampak seburuk ini,” kata Yusak.

Belum lagi, tantangan lainnya, jembatan Salimbatu tak kunjung rampung, jembatannya belum bisa dilewati meski sudah ada rangka jembatan. Yusak tidak ada jalan lain, caranya memilih menyeberangi sungai dengan perahu klotok. “Mesti keluar uang banyak. Saya membawa motor,” ujarnya.

Yusak merasa serba salah. Menghindari lintasan sungai sama saja membuang uang dan waktu yang super banyak. Menempuh ke Salimbatu tanpa seberangi sungai harus memutar jauh. “Saya berharap jalan dibuat aspal halus. Jembatan Salimbatu juga mesti dirampungkan segera, agar kami bisa leluasa bergerak,” tuturnya.

Jongfajar Kelana

Areal tanah kosong yang akan dijadikan jalan menuju jembatan Salimbatu. Sejak tahun 2007 sampai kini, jembatan ini belum rampung, pada Rabu 4 November 2015. Padahal keberadaan jembatan ini sangat diperlukan bagi masyarakat yang ingin memperoleh lintasan yang aman dan tidak memakan waktu banyak dari Salimbatu menuju Tanjung Palas dan Tanjung Selor. (Photo by Budi Susilo)

Penjabat Bupati Bulungan, Syaiful Herman yang datang ke Desa Salimbatu melalui jalur sungai menjelaskan, persoalan kondisi jalan poros Salimbatu-Tanjung Palas akan dikomunikasikan ke pemerintah provinsi.

“Saya sudah usulkan ke provinsi supaya provinsi mau anggarkan pembangunan jalan. Semoga saja bisa disetujui. Nanti kita lihat saja bagaimana,” kata Syaiful, yang merupakan kelahiran Kota Tarakan ini.

Mengenai nasib pembangunan Jembatan Salimbatu, masih menggantung. Jembatan yang panjangnya 180 meter ini, sejak tahun 2007 disediakan anggaran Rp 26 miliar. Namun dalam perjalanannya awal tahun 2015, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan telah mencoret PT Prima Wana Tama sebagai pelaksana proyek pembangunan karena dianggap tidak becus bekerja. Kini nasib jembatan masih belum bisa dimanfaatkan warga masyarakat.[1] ( )


[1] Koran Tribunkaltim, “Jalan Poros Rusak, Jembatan Belum Ada: Lima Tahun Bolak-balik Yusak Rasakan Dampaknya pada Kesehatan,” terbit pada Senin 23 November 2015, di halaman 23 rubrik Tribunline.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CANDI GARUDA YOGYAKARTA

PRASASTI KALASAN YOGYAKARTA

PONDOK PESANTREN MARDHATILLAH BALIKPAPAN